hello.
welcome to my blog


Hello. Welcome to my blog :D
Please gives some comment, thank you^^

unique tracker
PsPrint Coupons


Cerpen! Friendster
May 15, 2008

FRIENDSTER


Mitha mengencangkan sabuk yang melingkari pinggangnya kemudian berjalan pelan menuju ke depan sebuah cermin di kamarnya yang cukup besar itu. Mitha menatap sosok pantulan dirinya di dalam cermin tersebut lekat – lekat. Tangan kanannya menyentuh cermin tersebut sehingga nampak seperti dua orang kembar yang sedang berpegangan tangan. Ditatapnya dalam – dalam bayangan kedua bola matanya yang kecil itu di cermin. Beberapa saat kemudian Mitha meletakan kedua jari telunjuknya di pipi kanan dan kirinya kemudian menariknya ke atas seraya tersenyum.

“Hari ini hari yang baru, aku harus banyak tersenyum!” ucapnya pada bayangan di cermin tersebut sambil terus tersenyum simpul.
“Mitha… sarapan dulu!” teriak seseorang dari luar kamarnya.
“Iya, ma…” jawab Mitha cepat.
Mitha mengambil ikat rambutnya yang berwarna biru kemudian mengikat rambutnya kuncir kuda dengan cepat. Ia kembali menengok ke cermin dan mengamati hasil kuncirannya.
“Lumayanlah..” katanya seraya mengambil tas sekolahnya kemdian membuka pintu kamar tersebut dan keluar.
Mitha adalah seorang anak remaja biasa. Ya, dia memang biasa – biasa saja. Tidak ada yang special pada dirinya. Dia tidak begitu pandai olah raga, dalam pelajaran biasa – biasa saja, dia tidak begitu suka menonton acara di televisi, apalagi yang namanya sinetron, tapi dia sangat senang bermain komputer. Dia benar anak remaja yang biasa – biasa saja, kan?

Hari ini adalah hari pertamanya memulai pelajaran di SMA. Setelah tiga hari yang lalu dia dan teman – teman seangkatannya melalui masa orientasi siswa, akirnya mulai hari ini dia resmi menjadi anak SMA. Mulai hari ini pun, Mitha pertama kalinya mengenakan rok abu – abunya.
Mitha duduk di depan meja makan dan melihat ayah dan kakak laki-lakinya sudah duduk di sana. Mitha dapat mencium harumnya bau nasi goreng yang baru saja dibuatkan oleh ibunya itu. Ia pun mulai duduk saat ibunya baru saja selesai meletakan sepiring penuh nasi goreng dan telur dadar di atasnya. Melihatnya saja sudah membuat air liurnya terbit seketika.
Mitha baru saja menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya saat tiba tiba ibunya mengamati rambutnya.
“Aduh Mitha.. kamu itu kalau ngikat rambut yang benar, dong!” katanya dengan nada sedikit kesal.
Mitha menelan nasi yang masih ada di dalam mulutnya kemudian menjawab, “Haah…. Itu kan udah rapi, ma..” keluhnya.
“Rapi bagian mananya? Kamu ngikatnya asal – asalan begini…” bantah ibu Mitha sambil merapikan ikatan rambut anaknya itu.
“Kamu itu udah SMA kok masih cuek gitu, sih?” jawab kakak laki – laki Mitha sambil mengunyah nasi gorengnya.
“Biar!” jawab Mitha kesal.
“Aduh.., Henry…kalau sedang makan jangan ngobrol! Nanti nasinya jatuh – jatuh! Jorok, tahu!” kata ibu sambil masih mengikat rambut Mitha.
“Aku kan cuma mengomentari adikku ini, mama…” jawab Henry sedikit kesal.

~*~*~*~*~*~

Mitha mencari namanya dalam kertas pengumuman pembagian kelas yang tertempel di aula. Begitupula dengan banyak orang di sekitarya, semua berdesak – desakkan untuk mencari di kelas mana kah nama mereka tertera. Mitha menarik napas lega ketika mendapati ia tertera pada kelas yang sama dengan beberapa teman SMP nya dulu. Mitha pun berusaha keluar dari desakan anak – anak yang lain dan mendapati beberapa teman SMP-nya.
“Mitha, kamu di kelas C, kan?” tanya salah seorang temannya yang berambut pendek lurus.
“Iya.., kamu juga kan, Yurika?” Mitha bertanya balik.
“Yup.. kita juga sekelas sama Niken, Dewi, Tami,… siapa lagi yah…?” kata yurika sambil mengingat – ingat.
“Wah.. Yang dari SMP yang sama dengan kita di sana banyak juga..” komentar Mitha pelan.
“Asyik, ya? Eh.. itu si Niken!” kata Yurika sambil menunjuk ke arah samping belakang Mitha
“Mana?” kata Mitha seraya menoleh ke arah yang ditunjukan oleh Yurika tadi.
Mitha melihat dua anak perempun tengah berdiri di dekat pintu aula. Niken, salah satu teman yang satu SMP dengannya dan seseorang yang belum dia kenal. Mereka nampak sedang berbincang – bincang dengan sangat asyiknya.
Yurika melambai – lambaikan tangannya seraya berteriak memanggil – manggil nama Niken. Niken pun menoleh ke arah suara. Dia pun menyadari keberadaan mereka dan mengajak temannya untuk pergi ke arah Mitha dan Yurika. Niken dan temannya berlari kecil menuju ke tempat kami.
“Teman – teman! Sudah lihat pengumumannya? Kita sekelas, lho!” katanya.
“Tentu saja sudah! Papannya saja ada di belakang kami, tuh!” jawab Mitha seraya menunjuk ke arah papan ditempelnya kertas pengumuman pembagian kelas tadi. Masih ramai dan banyak orang berdesakan, tidak jauh berbeda dengan tadi.
“Oh.. gitu.. Eh, kenalin nih, temenku.. Dulu dia teman les bimbel ku..”
Mitha menatap anak tersebut lurus – lurus kemudian tersenyum kecil dan mulai mengulurkan tangannya. Anak itu pun ikut mengulurkan namanya dan mereka pun saling berkenalan. Nama anak itu adalah Winda. Berbeda dengan Mitha dan Niken, yang memiliki rambut yang panjang lurus, rambut Winda agak bergelombang dan pendek seperti Yurika. Matanya besar dan di kulit putihnya terdapat sedikit bagian yang belang – belang karena sengatan sinar matahari.
Istirahat siang hari itu cukup terik. Matahari menyinari bumi dengan cukup tega. Apa memang sudah jaman pemanasan global? Entahlah, yang pasti hari itu benar – benar membuat orang sebentar saja sudah berkeringat deras. Sementara itu, di kelas sepuluh C..,
“Panas banget, ih.. Ke kantin aja, yuk. Beli es apa gituu..” kata Winda sambil mengibas – ibaskan tangan kanannya.
“Ogah, ah. Aku males. Nitip aja, yah..” ucap Yurika sambil masih duduk di kursinya.
“Dasar. Kalo mau ya, ikut dong! Aku ikut deh, yuk!” kata Mitha seraya mendekati Winda.
“Kalian bener nggak ikut? Pokokya kalau ada yang nitip aku nggak mau lho, ya..” kata Winda sambil mengajak Mitha keluar.
Ternyata banyak juga yang jadi malas untuk keluar di hari yang panas itu. Kantin sekolah mereka yang biasanya selalu ramai dan penuh dengan desakan orang itu nampak cukup sepi. Murid yang datang dan jajan bisa di hitung dengan jari. Kebanyakan dari mereka pun hanya datang untuk membeli minuman dingin. Sungguh pemandangan yang sangat jarang terlihat karena biasanya tempat yang paling ramai adalah tempat yang berjualan makanan, sedangkan hari itu, pembelinya mungkin hanya tiga atau empat orang saja.
“Eh Mitha, boleh minta alamat friendster-nya, nggak?” tanya Winda tiba – tiba.
“Hah? Alamat friendster? Maksudnya?” Mitha tidak mengerti.
“Ya.. alamat friendster.. email yang kamu pake buat friendster..” jelas Winda.
“Oh.. alamat email, toh.. Awalnya aku kira apa… Nggak. Nggak ada. Aku punya alamat email, tapi nggak ikutan friendster.” kata Mitha seraya menyeruput es teh nya.
“Lho, kalau gitu buat apa dong?” kata Winda bingung.
“Ya.. macam – macam! Alamat email ‘kan bukan cuma buat ikutan friendster.” jawab Mitha santai.
“Ih.. kamu aneh, deh Mit..”

~*~*~*~*~*~

Satu bulan kemudian.., Mitha, Yurika, Niken, dan Winda sudah menjadi teman yang sangat dekat. Selama ini di antara mereka tidak ada masalah yang berarti.
Suatu hari, saat Mitha datang, nampak Yurika, Niken, dan Winda tengah berbicang – bincang bersama. Mitha meletakan tas di mejanya kemudian mendekati mereka bertiga. Mereka pun menyadari kehadiran Mitha.
“Mitha.. kamu beneran nggak punya friendster?” tanya Niken tiba – tiba. Entah mengapa raut wajahnya nampak khawatir.
“Hah? Ya iyalah.. ‘Kan yang buat website friendster bukan aku.” jawab Mitha sekenanya.
“Bukan, maksudnya kamu bener, nggak ikut friendster?” tambah Yurika.
“Iya..” Mitha memandang teman – temannya dengan bingung.
“Ih.. kamu tuh nggak gaul banget sih, ‘tha!” tambah Winda. Mitha bertambah bingung.
“Lho, Win, ya nggak apa – apalah.. ‘Kan punya friendster itu nggak harus..” kata Yurika, namun Winda tidak mendengerkan dan meninggalkan mereka.
Entah mengapa, sejak hari itu Winda nampaknya selalu menjauhi Mitha. Ia bahkan tidak pernah memandang ataupun mengajaknya bicara. Lama kelamaan, Mitha pun jadi kesal juga. Dia pun mengampiri Niken dan Yurika.
“Nggak tahu juga sih, Mit.. Tapi saat itu dia bilang.. yah.. pokoknya dia kalau dia nggak mau punya temen yang kuper.. Malu – maluin.., gitu katanya….” Yurika menjelaskan dengan sungkan.
Mitha pun berjalan menuju ke meja Winda istirahat siang itu. Dilihatnya Winda sedang sibuk memainkan handphone nya. Yurika dan Niken pun mengikutinya.
“Win.. aku mau ngomong..” ucap Mitha pelan. Namun Winda tidak mempedulikannya. Yurika pun mendekati Winda.
“Win.. ayo, dong.. Masa kita jadi kayak musuhan gini? Ayo dong.. kita cuman mau ngomong aja, kok..” katanya.
Winda pun memandang Yurika sungkan, akhirnya dia pun mau mengdengarkan. Dia menatap Mitha dengan pandangan cukup kesal.
“Ada apa?” katanya ketus.
“Winda.. masa kita musuhan hanya karena friendster? ‘Kan kesannya konyol banget..” jawab Mitha.
“Pokoknya aku nggak mau punya temen yang kuper, seperti kamu..Friendster aja nggak punya..,” keluh Winda.
“Win.. emang friendster segitu pentingnya? Kenapa sih, hanya karena friendster aja, kamu marah?” kata Mitha.
“Aku..” Winda tidak melanjutkan kata – katanya.
“Kalau ada masalah, cerita saja..” sahut Niken.
Winda masih terdiam. Dia menundukkan kepalanya, nampak ragu. Dia pun menatap Mitha sesaat.
“…..’tha.. aku.. aku minta maaf…” kata Winda beberapa saat kemudian. Dia pun bercerita mengenai masalahnya saat dia masih duduk di bangku SMP. Dia pun dulu sempat dijauhi teman – temannya hanya karena dia tidak ikut friendster. Akhirnya teman – temannya mulai mengajaknya bicara setelah mengetahui Winda sudah ikut friendster. Mitha pun mendekati Winda dan memeluknya.
“Aku juga minta maaf, ya.. Kita jangan ada yang musuhan lagi ya…” ucap Mitha.
“Tapi Mitha..,” Winda melepaskan diri dari pelukan Mitha.
“Kapan – kapan ikut friendster dong…” tambahnya.
“Haha.. Iya deh, kapan – kapan.” sahut Mitha.

Labels:



0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

3:23 PM